
أَخُوْ الْعِلْمِ حَيٌّ خَالِدٌ بَعْدَ مَوْتِهِ # وَأَوْصَالُهُ تَحْتَ التُّرَابِ رَمِيْمُ
“Orang yang berilmu itu serasa “hidup” setelah wafatnya # meskipun tulang-belulangnya sudah terkubur di dalam tanah.”
Dalam sebuah kitab berjudul ٵلالا yang sebagian besar syair-syairnya termuat dalam Kitab Ta’limul Muta’alim karya Imam al-Zarnuji, temuat bait bait yang begitu sarat akan makna. Seperti halnya bait diatas yang menjelaskan betapa penting dan bermanfaatnya menjadi seorang berilmu. Karena, seorang yang berilmu mereka akan tetap seperti hidup meskipun telah meninggal, meskipun tulang-belulangnya sudah terkubur di dalam tanah. Artinya mereka selalu terkenang dengan segala ilmu dan kontribusinya sesaat masih hidup di dunia.
Layaknya seorang tokoh atau ‘alim ulama yang telah kembali ke Rohmatulloh, biasanya terdapat peringatan bagi mereka yang diadakan oleh para ahli warisnya. Peringatan ini biasa disebut dengan “Haul”. KH Hanif Muslih dalam buku “Peringatan Haul Ditinjau dari Hukum Islam” menyebutkan, secara etimologi makna haul berarti satu tahun. Penggunaan haul dalam istilah, bermakna peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan wafatnya tokoh masyarakat. Mereka adalah alim ulama yang sekaligus pejuang. “Kontribusi mereka bagi masyarakat membuat sosok yang selalu diingat sepanjang masa,” tulisnya.
Contoh konkritnya, tepat tangal 13 Juli 2022/13-14 Dzulhijah 1443 H. Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin juga telah melaksanakan perigatan atau Haul ke 15 K.H. Muhammad Hasan yang digelar di halaman Aula Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin. Kegiatan tersebut dihadiri oleh seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, perkumpulan alumni, para ulama, jajaran Polisi, banser, dan sederet tokoh besar lainnya, termasuk menghadirkan K.H. Wafi Maimoen. Runtutan acara Haul tersebut dilakukan sejak pagi, mulai dari simakan Al Qur’an 30 juz oleh seorang Hafidz, bathtsul masail, pertemuan alumni, dan acara inti yang diisi Mau’idhoh Khasanah dari K.H. Wafi Maimoen.
Acara Haul tersebut membuktikan kebenaran dawuh ulama mengenai baitٵلالا diatas. Bagaimana tidak, atas izin Allah orang ‘alim yang telah wafat saja masih mampu mengumpulkan beribu manusia, dimana mereka semua berdzikir, berdo’a, mengingat Allah, mengingat mati, dan mengkaji ilmu ilmu Allah, serta sejarah keislaman. Tidak hanya itu, seorang ulama yang ‘alim bahkan bisa membuat para santri yang tak pernah sekalipun mengaji berhadapan dengannya secara langsung pun dapat menularkan ilmunya dan menjadikan mereka santrinya.
Jos
Barakallah😊😊