Sang Pemantik Haru dalam Bait Syahdu

Artikel, News1119 Dilihat

“Alkhamdulillah,acara Haflah Attasyakur Lil Ikhtitam TPQ Tanbihul Ghofilin dapat berjalan dengan lancar, bahkan berakhir dengan penuh haru.” Tutur salah satu ustadzah TPQ Tanbihul Ghofilin.

Rangkaian acara Haflah Attasyakur Lil Ikhtitam ke 37 tahun 2022 M./1443 H. dibuka dengan rebana putri, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan penampilan mukhafadhoh kitab Bahasa Arab (Ro’sun Sirah) oleh kelas Tsifir Awal,  adda’watul Yaumiyah oleh kelas Tsifir Tsani, dan Kitab Ngudi Susilo dari kelas Tsifir Tsalist & Tsifir Robi’. Setelah mukhafadhoh dari setiap kelas selesai, acara dilanjutkan dengan mau’idloh khasanah, scors, dan do’a penutup.

Semua rangkaian acara tersebut berjalan dengan baik, ditambah tepuk tangan meriah dari para penonton kepada juara-juara imtian dari masing-masing kelas, yang diumumkan setelah mukhafadhoh selesai. Namun, suasana berubah ketika rangkaian kegiatan mencapai acara ke lima, yaitu scors yang diisi dengan mukhafadloh kitab alala dan sholawat Jibril yang dilanjutkan dengan musikalisasi puisi.

Seusai lantunan bait-bait alala mendapat banyak aplaus dari tamu yang hadir, tibalah saatnya persembahan kedua oleh santri TPQ Tanbihul Ghofilin, Khususnya kelas Tsifir Tsalits dan Robi’. Mereka menampilkan lantunan Sholawat Jibril disambung musikalisasi puisi dengan instrument yang sama. Bait pertama mulai dilantunkan oleh salah satu santri bernama Muhammad Abiza. Puisi tentang kasih sayang kedua orang tua, tema yang seringkali dapat memantik emosi simpati terhadap pesan yang disampaikan. Dan Abiza dapat benar-benar menyampaikan pesan yang ada dalam puisi dengan tepat, mimik, ekspresi hingga luapan airmatapun turut membanjiri bait demi bait. Seluruh peserta haflah dan tamu undangan bahkan tak tahan membendung air mata, hingga puisi selesai dipersembahkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar